Pemandu Sorak Yang Menggairahkan

Cerita dewasa ini tentang kisah percintaanku dengan seorang yang bernama rany, dimana rany ini adalah seorang pemandu sorak yang cukup senior di smuku, ketika pada suatu saat terdapat beberapa anggota baru pemandu sorak yang sangat cantik akupun jadi tertarik dan dengan bantuan rany akhirnya keinginanku untuk melakukan sex party terwujud. Penasaran ? simak kisah berikut ini :

Namaku Deny, aku seorang siswa SMU di salah satu besar yang cukup terkenal. Aku memang tidak memiliki tampang yang cukup tampan atau badan yang atletis. Tetapi aku cukup lumayan untuk seorang cowok tidak terlalu jelek dan termasuk biasa-biasa saja dalam hal penampilan. Tetapi yang sangat menarik dari diriku adalah kekayaan yang orangtuaku miliki. Setiap hari aku selalu berpergian dengan mengendarai Honda Estillo yang sangat gaul karena modifikasi yang aku lakukan, aku juga selalu mambawa HP Nokia 8250. Belum lagi sifatku yang royal terhadap setiap cewek cantik dan sexy, semakin membuatku dikejar cewek terutama para cewek matre.
Di sekolahku terdapat berbagai macam ekstra kurikuler yang menarik, tetapi yang paling menarik untuk para cewek centil di sekolahku adalah ekstra kurikuler cheerleader, karena untuk masuk dalam ekstra kurikuler tersebut diharuskan melewati seleksi yang cukup ketat. Selain itu cewek yang dapat masuk ke dalam ekstra kurikuler tersebut adalah cewek-cewek yang memiliki tubuh seksi, tampang yang cantik dan keberanian dalam memakai baju minim di depan umum, karena para anggotanya selalu mengenakan baju yang sangat seksi ketika mengadakan pentas. Biasanya mereka hanya mengenakan tank-top atau kembel yang dipadukan dengan rok yang sangat mini atau dengan celana ketat yang super pendek. Secara tidak langsung hal ini membuat para cewek yang dapat masuk memiliki kebanggaan tersendiri karena berarti mereka telah dianggap sebagai cewek yang cantik dan seksi.
Para anggota dari cheerleader biasanya selalu cewek yang sangat centil dan matre. Karena itu sangatlah mudah bagiku untuk mengajak mereka jalan dan “bermain” dengan mereka atau hanya sekedar memegang-megang mereka. Memang predikat “perek” cukup melekat dalam setiap anggota cheerleader, walaupun tidak semua cewek tersebut gampangan, dan ada juga yang memang hanya cewek baik-baik dan mengikutinya karena menyukai tari modern, walaupun jumlahnya paling hanya 2 orang.
Seperti biasanya pada tahun ini cukup banyak cewek kelas 1 yang mau mencoba mengikuti ekstra kurikuler ini. Dan memang pada tahun ini cewek yang mengikutinya terlihat seksi-seksi dan tampang yang cantik. Seluruh anggota baru ini memiliki payudara dan pantat yang besar. Belum lagi mereka memang selalu ke sekolah dengan mengenakan baju ketat dan tipis dan mengenakan BH yang selalu berwarna mencolok seperti hitam, hijau, biru, kuning atau warna mencolok lainya yang membuat payudara mereka terlihat dengan jelasnya oleg setiap mata. Mereka juga selalu mengenakan rok yang pendeknya sekitar satu telapak tangan di atas lutut dan sangat ketat sehingga menunjukkan pantat mereka yang besar.
Melihat para perawan baru yang tersedia aku menjadi ingin mencoba kenikmatan tubuh mereka. Ada 8 anggota baru yang masuk dari kelas 1 angkatan ini. Tapi yang paling menarik perhatianku adalah Melati dan Mawar (sebut saja begitu). Karena mereka memiliki payudara yang besar dan pantat yang besar pula, belum lagi wajahnya yang cukup manis. Melati adalah seorang cewek keturunan Arab dengan ukuran payudara 34B dan pantat yang padat. Cewek ini adalah cewek yang paling merangsang di antara para anggota baik yang baru maupun yang lama. Mawar adalah saorang cewek dengan payudara yang tidak terlalu besar dan itu pula dengan pantatnya bila dibanding Melati. Ukuran payudaranya hanya 32B, tetapi bodinya seksi dan yang paling menarik adalah wajahnya yang manis dan cantik. Ia adalah cewek keturuna Jawa.
Aku sangat berhasrat untuk menikmati tubuh keduanya, tetapi aku belum akrab dengan mereka. Sehingga aku meminta bantuan salah satu anggota cheerleader di angkatanku yang bernama Rani yang sebelumnya sudah sering aku nikmati tubuhnya, bahkan aku secara teratur berhubungan dengannya karena memang kami berdua memilki nafsu yang sangat besar walaupun diluar itu kami juga sering melakukanya dengan pacar kami masing-masing.
Tanpa pikir panjang aku mengutarakanya ke Rani dan tentu saja Rani menyanggupinya, bahkan di luar dugaan Rani menantang aku untuk melakukannya sekaligus dengan mereka bertiga. Tentu saja aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini karena ini memang sensani yang belum pernah aku lakukan hanya sering aku bayangkan. Entah dengan bujuk rayu apa yang dikatakan Rani kepada Melati dan Mawar sehingga mereka berdua mau malakukan itu. Rani menyuruh aku datang ke villa Rani di puncak yang memang sudah sering kugunakan untuk menikmati tubuh Rani pada malam minggu itu juga tetapi dengan syarat aku tidak pernah membahas kesepakatan ini dengan Melati dan Mawar sebelum hari itu dan aku juga tidak boleh mengatakannya kepada siapapun.
Akhirnya sampai juga hari yang sangat kunantikan. Sekitar jam 14:00 aku segera berangkat untuk menghindari kemacetan, tapi apa boleh buat aku tetap terjebak kemacetan dan aku sampai di villa itu jam 05:00 sore, padahal biasanya bila tidak macet aku hanya mambutuhkan 1-2 jam untuk sampai ke villa tersebut. Sampai di sana, aku disambut oleh Rani yang pada hari pulang terlebih dahulu dari sekolah dengan Mawar dan Melati dengan alasan mereka sakit. Mereka berangkat terlebih dahulu untuk menghindari macet dengan menggunakan mobil Rani.
Di sana aku langsung masuk ke kamar yang terletak di lantai atas, di sana sudah terlihat Melati dan Mawar. Pada saat itu mereka masih mengenakan seragam sekolah mereka yang ketat dan tipis, Melati mengenakan BH berwarna biru langit, Mawar dengan warna kuning dan Rani sendiri mengenakan BH berwarna merah cerah. Penampilan mereka semakin meningkatkan gairahku yang sudah lama kupendam terhadap mereka. Tanpa basa-basi mereka langsung mendorongku ke ranjang yang masih rapi dengan sprei putih. Melati dan Mawar langsung mendekatiku, sementara Rani mengambil handycam dan meminta ijinku untuk merekam adegan yang akan berlangsung, dan mengatakan hanya sebagai kenang-kenangan untuk dirinya tanpa ada maksud menyebarkannya. Aku mengiyakannya saja karena sudah sibuk dengan Melati dan Mawar.
Pada saat itu Melati menciumiku dengan ganasnya dan Mawar mulai menyupang leherku. Tanganku segera beraksi, aku menggerayangi seluruh tubuh mereka berdua, terasa olehku kulit mereka yang halus di paha mereka. Pelan-pelan aku mulai membuka kemeja Melati dan mulai meremas kedua payudaranya di balik BH birunya. Terasa olehku payudaranya yang halus dan empuk, lalu aku mulai memuntir putingnya. Setelah itu aku juga membuka kemeja Mawar dan meremas payudaranya seperti halnya pada Melati. Aku juga mulai menjilat payudara mereka secara bergantian dan menghisapnya tanpa membuka BH mereka.
“Ahhh… ahhh…” mereka berdua mulai mendesah saat puting mereka kuhisap.
“Isep terus Den toked gue!” kata Melati.
Mawar pun memohon hal yang sama kepadaku, dan aku semakin bersemangat menghisap puting mereka.
Melati mulai membuka kemeja yang aku kenakan dan Mawar membuka celana dan CD-ku sehingga aku benar-benar telanjang. Melati dan Mawar menjilat dadaku dan pelan-pelan mulai turun ke perut sampai akhirnya Melati mulai menyedot batang kemaluanku sedangkan Mawar mulai mengulum kedua biji zakarku, terkadang Melati menggigitnya dari samping secara pelan-pelan.
“Ahhh,” aku mulai mendesah karena kenikmatan yang tiada tara.
Aku menyuruh mereka berdua berhenti. Aku segera meraih tangan Melati dan membuatnya telentang di atas ranjang. Kubuka BH-nya dan mulai kulahap kedua putingnya, aku juga mulai membuka roknya dan celana dalamnya, tampak olehku vaginanya yang kemerahan dengan bulu-bulu halus di sekitarnya. Aku buat kakinya mengangkang sehingga terllihat lebih jelas, aku pun langsung menjilati liang kemaluannya dengan ganasnya.
“Ahhh… ahhh…” tubuh Melati gemetar dan ia menjepit kepalaku di antara kedua pahanya dan… “Ahhh, ahhh…” keluarlah cairan dari liang kemaluannya dan ia mengalami orgasmenya yang pertama.
Aku kembali mencium bibirnya dengan ganas dan melahap kedua putingnya, sambil aku gesek-gesekkan batang kemaluanku di atas liang kemaluannya, “Ahhh, Ahhh…” tubuh Melati mulai kembali menegang.
“Den Ayo masukin batang kemaluan loe, gue udah nggak tahan,” aku mulai mengarahkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dan memasukkannya pelan-pelan, aku keluar-masukkan sedikit demi sedikit sampai akhirnya, “Blessss,” dan “Ackhhh… Akchhhh…” Melati berteriak keras sekali karena kesakitan.
Kudiamkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluannya sebentar dan mulai aku goyangkan pelan-pelan.
Lama-lama Melati mulai tampak nikmat sambil terus mendesah, “Ahhh… Ahhh…”
Aku pun berganti gaya dengan Melati di atas, tanpa disuruh Melati mulai memompa naik-turun batang kemaluanku dengan semangat, aku pun menggerakkan pantatku naik-turun sehingga terdengar bunyi “Cleb.. cleb…” yang cukup keras pada saat batang kemaluanku masuk ke liang kemaluannya dengan full-nya.
“Ahhh, ahh, ahhh…” Melati mendesah-desah sambil tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
Sekitar 7 menit kemudian Melati kembali meminta posisi kembali di bawah. Aku menyetubuhinya dengan sangat bernafsu, dan sektar 6 menit kemudian, “Ahhhhh, ahhhh… gue mau keluar Den…”
“Tahan sedikit! gue juga…” kataku.
Kupercepat gerakanku dan akhirnya,
“Akhhh… ahhh…”
Melati keluar duluan, dan tidak lama kemudian aku semakin mempercepat gerakanku, aku bertanya,
“Mel, mau di luar apa di dalem?”
“Di dalem aja,” jawabnya.
Dan, “Crott… crott…” aku ejakulasi di dalam liang kemaluannya.
Aku berpelukkan sesaat dengan Melati dan melap keringat di sekujur tubuhnya dengan tanganku, Melati tampak sangat kelelahan. Tapi tiba-tiba Mawar membuatku telentang di atas ranjang, dengan ganasnya ia mulai membersihkan sisa sperma yang ada di ujung batang kemaluanku, dan terus menghisapnya dengan ganasnya. Tak lama kemudian batang kemaluanku kembali bangun dan siap tempur, staminaku tiba-tiba kembali pulih dan nafsuku kembali menggebu. Aku segera meremas pantat Mawar dan menelanjangi dia, sekitar 7 menit aku habiskan untuk merangsang dia, dengan cara menghisap payudaranya dan meremas-remasnya, aku juga menjilat klitorisnya. Terlihat dari wajahnya dia sangat menikmatinya dan sesekali mendesah karena foreplay yang kulakukan.
“Masukkin **** loe dong Den! masa cuman bigini aja, gue udah nggak tahan…”
Aku menyuruhnya berpegangan ke pinggir tempat tidur dengan posisi seperti mau merangkak. Aku mau melakukan doggy style. Dia melakukannya dengan cepat, dan terlihat dua bongkah pantat yang mulus.
Aku melap keringat yang ada di kedua pantat tersebut dan meremas-remasnya. Aku pun mulai mengarahkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya, dan aku masukkan sedikit, aku pegang dengan kuat kedua pahanya, dan secara tiba-tiba “Bless…” aku memasukkannya secara mendadak dan langsung seluruhnya, “Akhhh… akhhh…” Mawar berteriak dengan sangat keras karena selaput daranya robek mendadak. Ia meronta-ronta tetapi batang kemaluanku tetap di dalam liang kemaluannya, karena pahanya telah aku tahan dengan kuat. Tidak lama kemudian Mawar mulai tenang, dan aku mulai menggerakkan batang kemaluanku maju-mundur secara pelan-pelan. Tak beberapa lama kemudian tampak Mawar mulai menikmatinya, aku pun semakin mempercepat gerakanku.
“Ahhh, ahhh, ahhh…” Mawar mulai mendesah nikmat, tampak olehku dari kaca besar di dinding bahwa wajahnya mulai menikmati batang kemaluanku.
Aku juga melihat adegan yang sering kulihat di film-film porno dari kaca besar tersebut.
Semakin lama aku semakin mempercepat gerakkan maju-mundurku, dan Mawar pun mulai merespon dengan menggerakkan pantatnya maju-mundur berlawanan arah dengan apa yang aku lakukan, sehingga batang kemaluanku keluar-masuk dengan cepat dan sangat keras, “Blesss, blesss…” aku dan Mawar sangat menikmatinya. Setelah melakukan doggy style selama kurang lebih sepuluh menit, aku mengganti gaya. Mawar tiduran menghadap ke samping sementara aku berlutut dan meletakkan paha kiri Mawar di atas pahaku sehingga Mawar dapat melihat keluar-masuknya batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya.
“Ahhh, ahh, ahhh,” Mawar terus mendesah selama aku setubuhi.
Tidak lama kemudian, “Ahhh,” Mawar mengalami orgasmenya yang pertama, “Ahhh,” ia terus mendesah, terasa cairan hangat mengalir dari liang kemaluannya sehingga memperlicin gerakan batang kemaluanku. Aku terus menyetubuhinya.
Mawar meminta untuk berganti gaya dengan gaya konvensional, yakni dengan ia berada di bawah. Aku menurutinya dan terus menyetubuhinya. Sekitar 4 menit kemudian,
“Ahhhh, ahhhh… Den gue udah mau keluar lagi…”
“Tahan sebentar! gue juga,” kataku.
Kupercepat gerakanku dan, “Ahh, ahhh…” aku ejakulasi di dalam liang kemaluan Mawar, dan Mawar pun mengalami orgasmenya secara bersamaan.
“Ahhh, ahhh…” Mawar mendesah panjang, dan aku pun mengeluarkan batang kemaluanku.
Tapi Rani yang sejak tadi diam langsung menghisap batang kemaluanku dan membuka bajunya. Setelah agak lama aku kembali “on”, aku kembali bernafsu dan menelanjangi Rani dengan ganasnya. Kuhisap payudaranya dengan ganas dan kugigit lehernya sampai tampak merah-merah. Tanpa membuang waktu aku langsung memasukkan batang kemaluanku dan mulai menyetubuhinya dengan kedua pahanya di atas kedua pundakku.
“Ahhh, ahhh,” Rani terus mendesah dan terasa olehku liang kemaluannya sudah basah, mungkin ia dari tadi sudah terangsang.
Rupanya kamera yang tadi ia pegang telah diambil alih oleh Melati untuk merekam semua kegiatan kami berdua.
Setelah 6 menit menyetubuhi Rani, aku mengganti gaya, kusuruh Rani berpegangan di kusen pintu dan melingkarkan kedua kakinya di pingggangku. Aku kembali memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya dan mulai menyetubuhinya kembali.
“Ahhh, ahhh,” Rani terus mendesah, sementara itu aku menopang punggungnya dengan kedua tanganku dan menghisap kedua paayudaranya selama menyetubuhinya.
“Ahhh, ahhh,” Rani terus mendesah, dan setelah menyetubuhinya selama 15 menit, “Den, gue mau keluar,” dan… “Ahhh, ahhh,” Rani mendesah panjang dan mengeluarkan cairan kewanitaannya dari dalam liang kemaluannya.
Ia tidak sanggup meneruskan gaya tersebut, ia memilih melakukan doggy style.
Setelah 5 menit melakukannya, ia kembali mengalami orgasme yang kedua, sementara aku terus menggenjotnya. Tidak lama kemudian aku juga mau keluar,
“Ran, mao dimana?” tanyaku.
“Di mulut gue saja!”
Ia langsung menghisap batang kemaluanku sambil mengurut-ngurut batang kemaluanku dengan jarinya dan “Ahhh…” aku keluarkan semua spermaku di mulutnya dan ia menelan seluruhnya. Ia terus menghisap batang kemaluanku hingga bersih dari sisa sperma.
Kami semua kelelahan dan tertidur sebentar. Saat bangun, aku kembali bernafsu karena melihat 3 tubuh seksi tergeletak. Aku mulai kembali merangsang mereka dan mereka juga mulai merangsang diriku. Tubuh mereka kembali menegang dan aku pun mulai tambah bernafsu. Mereka bertiga berposisi seperti akan malakukan doggy style. Rani berada paling depan, Mawar di belakangnya, dan Melati berada di belakang mawar, sedangkan aku berada paling belakang dan mulai menyetubuhi Melati dari belakang, sedangkan Melati menjilat liang kemaluan Mawar, dan Mawar menjilat liang kemaluan Rani, sehingga semua dapat menikmati kenikmatan duniawi.
“Ahhh, ahhhh,” terdengar mereka bertiga mendesah dan suara batang kemaluanku ketika memesuki liang kemaluan Melati yang basah.
Sekitar 10 menit kemudian Rani mengalami orgasme disusul dengan Mawar. Tinggallah aku dan Melati meneruskan permainan kami.
Tapi tak lama kemudian, “Ahhh, ahhh,” Melati pun mengalami orgasme, ia merasa kesakitan pada liang kemaluannya.
Tapi karena aku berum mengalami ejakulasi, Mawar berinisiatif dengan menggosokkan kedua payudaranya dengan baby oil sehingga tampak mengkilat batang kemaluanku dijepit di tengah kedua payudaranya dan aku bergerak maju-mundur dengan cepatnya.
Sekitar 5 menit aku mau mengeluarkan spermaku dan, “Crott… crottt…” spermaku keluar di wajah Mawar tapi Rani segera memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya dan menelan seluruh spermaku walau agak terlambat karena sudah ada yang mengenai wajah dan rambut Mawar.
Malam itu kami menginap di villa itu, pada pagi harinya kami melakukannya lagi sampai 6 kali. Sungguh pengalaman ini sangat mengesankan dan terkadang sampai sekarang kami masih sering meneruskannya, walaupun berganti orang.
READ MORE

Bercinta Berempat

Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan seorang wanita karir, yang entah bagaimana ceritanya wanita karir tersebut mengetahui nomor kantorku.

Siang itu disaat aku hendak makan siang tiba-tiba telepon lineku berbunyi dan ternyata operator memberitau saya kalau ada telepon dari seorag wanita yang engak mau menyebutkan namanya dan setelah kau angkat.

“Hallo, selamat siang joko,” suara wanita yang sangat manja terdengar. “Helo juga, siapa ya ini?” tanyaku serius. “Namaku Karina,” kata wanita tersebut mengenalkan diri. “Maaf, Mbak Karina tahu nomor telepon kantor saya dari mana?” tanyaku menyelidiki. “Oya, aku temannya Yanti dan dari dia aku dapat nomor kamu,” jelasnya. “Ooo… Yanti,” kataku datar.

Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan satu. Yanti adalah seorang wanita karir yang juga ‘mewarnai’ kehidupan sex aku.

“Gimana kabarnya Yanti dan dimana sekarang dia tinggal?” tanyaku. “Baik, sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam kangen sama kamu,” jelas Karina.

Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah kenal lama. Suara Karina yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana bentuk fisiknya dari wanita tersebut. Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Karina membuyarkan lamunanku.

“Hallo… Joko, kamu masih disitu?” tanya Karina. “Iya… Iya Mbak… ” kataku gugup. “Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Yanti yaa?” tanyanya menggodaku. “Nggak kok, malahan mikirin Mbak Karina tuh,” celetukku. “Masa sih… Aku jadi GR deh” dengan nada yang sangat menggoda. “Joko, boleh nggak aku bertemu dengan kamu?” tanya Karina. “Boleh aja Mbak… Bahkan aku senang bisa bertemu dengan kamu,” jawabanku semangat “Oke deh, kita ketemuan dimana nih?” tanyanya semangat. “Terserah Mbak deh, Joko sih ngikut aja?” jawabku pasrah. “Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc. Donald plasa senayan,” katanya. “Oke, sampai nanti joko… Aku tunggu kamu jam 18.30,” sambil berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.

Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat tertunda itu. Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita yang barusan saja menelpon aku. Setelah aku selesai makan aku pun langsung segera balik ke kantor untuk melakukan aktivitas selanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya aku pulang kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan. Sebelumnya prepare dikantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi, aku sengaja membelinya dikantin karena aku nggak mau ketemu wanita dengan tanpak kotor dan bau badan, kan aku menjadi nggak pede dengan hal seperti itu.

Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku dilantai dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju ke MC. Donald seperti yang dikatakan Karina. Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar jalan, sehingga aku bisa melihat orang lalu lalang diarea pertokaan tersebut.

Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti pada seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian. Menurut perkiraanku, wanita ini berumur sekitar 32 tahun. Wajahnya yang lumayan putih dan juga cantik, membuat aku tertegun, nataku yang nakal, berusaha menjelajahi pemadangan yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa lagi abgian depan yang sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok mininya, membuat aku semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya diriku bila yang aku lihat itu adalah orang yang menghubungiku tadi siang dan aku lebih bahagia lagi bila dapat merasakan tubuhnya yang indah itu.

Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.

“Maaf apakah kamu Joko?” tanyanya sambil menatapku. “Iy… Iyaa… Kamu pasti Karina,” tanyaku balik sambil berdiri dan mengulurkan tanganku.

Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan darahku terasa mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga halus meremas tangaku dengan penuh perasaan.

“Silahkan duduk Karina,” kataku sambil menarik satu kursi di depanku. “Terima kasih,” kata Karina sambil tersenyum. “Dari tadi kamu duduk disitu kok nggak langsung kesini aja sih?” tanyaku. “Aku tadi sempat ragu-ragu, apakah kamu memang Joko,” jelasnya. “Aku juga tadi berpikir, apakah wanita yang cantik itu adalah kamu?” kataku sambil tersenyum.

Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan, kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling menggoda dan sesekali bicara yang ‘menyerempet’ ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah cantik saja wajahnya yang semakin matang.

Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Karina adalah seorang wanita yang sedang bertugas di Jakarta. Karina adalah seorang pengusaha dan kebetulan selama 4 hari dinas di Jakarta.

“Karin, kamu kenal Yanti dimana?” tanyaku.

Yanti adalah teman chattingku di YM, aku dan Yanti sering online bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun. Mulutnya yang mungil menjelaskan dengan penuh semangat.

“Emangnya Yanti menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu sih,” tanyaku penuh penasaran. “Dia menikah dua minggu yang lalu dan aku nggak tahu kenapa dia nggak mau memberi tahu kamu sebelumnya,” Jawabnya penuh pengertian. “Ooo, begitu… ” kataku sambil manggut-manggut. “Ini adalah hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana menginap 4 hari, sampai urusan kantorku selesai,” jelasnya tanpa aku tanya. “Sebenarnya tadi Yanti juga mau dateng tapi berhubung ada acara keluarga jadi kemungkinan dia akan datang besok harinya dia bisa dateng,” jelasnya kembali. “Memangnya Mbak Karina menginap dimana nih?” tanyaku penasaran. “Kebetulan sama kantor sudah dipesankan kamar buat aku di hotel H… “jelasnya. “Mmm, emangnya Mbak sama siapa sih?” tanyaku menyelidik. “Ya sendirilah, Joko… Makanya saat itu aku tanya Yanti,” katanya “Tanya apa?” tanyaku mengejar. “Apakah punya teman yang bisa menemaniku selama aku di Jakarta,” katanya. “Dan dari situlah aku tahu nomor telepon kamu,” lanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku lihat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mulai larut malam. Dan toko pun sudah mulai tutup.

“Jok… Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?” tanyanya. “Boleh, masa iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel sendirian,” kataku.

Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera meluncur ke hotel H… Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Plasa Senayan. Aku dan Karina bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 5, dan sesampainya di depan kamarnya, Karina menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau parfum yang mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika berjalan dibelakangnya.

Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang sedang asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku masuk kekamarnya. Dalam batinku, aku tenyata dibohongi ternyata dia nggak sendiri. Karina pun memperkenalkan teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan tinggi dan juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Miranda(36b) sedangkan yang mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga berpayudara yang sama besarnya bernama Dahlia(36b). Dan mereka pun mempersilahkan aku duduk.

Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka pakaian mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak berkedip sekali pun, tak terasa adik kecilku pun segera bangun dari tidurnya dan segera bangun dan langsung mengeras seketika itu juga. Setelah mereka telanjang bulat terlihatlah pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara yang besar, Karina pun langsung menciumku dengan ganasnya aku sampai nggak bisa bernafas karena serangan yang sangat mendadak itu dan aku mencoba menghentikannya.

Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan kenikmatan yang pernah aku berikan sama Yanti dan kawan-kawan. Setelah itu Karina pun langsung menciumku dengan garangnya dan aku pun nggak mau tinggal diam aku pun langsung membalas ciumannya dengan garang pula, lidah kamipun beraduan, aku mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga sebaliknya. Sedangkan Miranda mengulum penisku ke dalam mulutnya, mengocok dimulutnya yang membuat sensasi yang tidak bisa aku ungkapkan tanpa sadar aku pun mendesah.

“Aaahh enak Mir, terus Mir hisap terus, aahh… ”

Sedangkan Dahlia menghisap buah zakarku dengan lembutnya membuat aku semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja permaianan itu. Aku pun mulai menjilati vagina Karina dengan lembut dan perlahan-lahan biar dia bisa merasakan permaianan yang aku buat. Karina pun menjerit keras sambil berdesis bertanda dia menikmati permainanku itu.

Mirandapun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Karina sedangkan Dahlia mencium bibir Karina agar tidak berteriak ataupun mendesis. Setelah beberapa lama aku menjilati vaginanya terasa badannya mulai menegang dan dia pun mendesah. “Jok… Akuu mauu keeluuarr.”

Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu akupun langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa. Setelah itu aku pun langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Karina, perlahan-lahan aku masukkan penisku dan sekali hentakan langsung masuk semua ke dalam vaginanya yang sudah basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan sangat perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku lakukan dan Karina pun mulai mendesah nggak karuan.

“Aaahh enak Jok, terus Jok, enak Jok, lebih dalam Jok aahh, sstt… ”

Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku percepat dan dia mulai berkicau lagi.

“Aaahh enak Jok, penis kamu enak banget Jok, aahh… ”

Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang yang kedua kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan tak beberapa lama aku mengocoknya keluarlah cairan dengan sangat derasnya dan terasa sekali mengalir disekitar penisku. Akupun segera mencabut penisku yang masih tegang itu. Miranda segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir cairan Karina yang menempel pada penisku, sedangkan Dahlia menghisap vaginanya Karina yang masih keluar dalam vaginanya dengan penuh nafsunya.

Miranda pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku dibawah. Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Miranda dan serentak langsung masuk. Bless… Terasa sekali kehangatan didalam vaginanya Miranda. Dia pun mulai menaik turunkan pantatnya dan disaat seperti itulah dia mulai mempercepat goyangannya yang membuat aku semakin nggak karuan menahan sensasi yang diberikan oleh Miranda.

Dahlia pun mulai menghisap payudara Miranda penuh gairah, sedangkan Karina mencium bibir Miranda dengan garangnya, Miranda mempercepat goyangannya yang membuat aku mendesah.

“Aaahh enak Mir… Terus Mir… Goyang terus Mir… Lebih dalam lagi Mir… Aaahh sstt”

Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai berdenyut,

“Mir… Aku… ingiin keeluuaarr”

Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya, entah berapa kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu nikmatnya dan diapun masih mengoyang semakin cepat. Seketika itu juga tubuhnya mulai menegang dan terasa sekali vaginanya berdenyut dan selang beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak sekali, aku pun langsung mengeluarkan penisku yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta. Mereka pun berebutan menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku, Dahlia pun langsung menjilati vaginanya Miranda yang masih mengalir cairan yang masih menetes di vaginanya. Akupun melihat mereka seperti kelaparan yang sedang berebutan makanan, setelah selang beberapa lama aku mulai memeluk Dahlia dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai turun ke lehernya yang jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari diatasnya.

“Ooohh… Joko… Geelli… ” desah Dahlia.

Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.

Miranda dan Karina mereka asyik berciuman dan saling menjilat payudara mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhnya sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buah bukit kembarnya yang masih ketat dan kencang. Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku gigit puntingnya dengan gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang lagi dan dia medesah.

“Aaahh enak sekali Jok… Terus Jok hisap terus Jok enak Jok aahh sstt… ”

Dahlia pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya dan setelah itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai mengulum, mengocok, menjilat penisku didalam mulutnya. Setelah dia puas aku kembali menyerangnya langsung ke arah lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan kepermukaan bibir vagina.

Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.

“Ssstt… Jok… Nikmat sekali… Ughh,” rintihnya.

Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku diujung clitorisnya. Gerak tubuh Dahlia yang terkadang berputar-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.

“Joko… Gila banget lidah kamu… ” rintihnya “Terus… Sayang… Jangan lepaskan… ” pintanya.

Paha Dahlia dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk menjilatnya. Dahlia menggigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat yang bergejola dihatinya.

“Oohh… Joko, aku nggak tahan… Ugh… ” rintihnya. “Joko cepet masukan penis kamu aku sudah nggak tahan nih,” pintanya.

Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang yang empuk itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaannya dan sekali hentak.

“Bleest… ” kepala penisku menggoyang vaginanya Dahlia. “Aowww… Gila besar sekali Jok… Punya kamu,” Dahlia merintih.

Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Dahlia mengelinjang hebat danm sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa dibatang kemaluanku.

“Joko… Jangan berhenti sayang… Oogghh,” pinta Dahlia.

Dahlia terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Sesekali Dahlia membantu pinggulnya untuk berputar-putar.

“Joko… Kamu… Memang… Jagoo… Ooohh,” kepalannya bergerak ke kiri dan ke kanan seperti orang triping.

Beberapa saat kemudian Dahlia seperti orang kesurupan dan ingin memacu birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat Dahlia semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku terasa sekali mengoyang dinding vagina Dahlia.

“Joko… Terus… Sayang… Jangan berhenti… ” Dahlia meminta.

Permainanku benar-benar memancing birahi Dahlia untuk mencapai kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Dahlia benar-benar tidak bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.

“Joko… Aakuu… Kelluuaarr… Aaakkhh… Goyang sayang,” rintih Dahlia.

Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi Dahlia semakin tak terkendali.

“Jok… Ooo… Aaammpuunn,” rintihnya panjang.

Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam hingga mentok dilangit-langit vagina Dahlia. Aku merasakan semburan cairan membasahi seluruh penisku.

Dahlia yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku masih berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Dahlia, sekarang menungging. Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan kembali ke lubang vaginanya Dahlia.

“Ooohh… Joko… Kamu… Memang… Ahli… ” katanya sambil merintih.

Kedua tanganku mencengkeram pinggul Dahlia dan menekan tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.

“Dahlia… Vagina kamu memang enak banget,” pujiku. “Kamu suka minum jamu yaa kok seret?” tanyaku.

Dahlia hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijiti oleh vagina Dahlia dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan sexku diterima Dahlia karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi permainan aku.

Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.

“Dahlia… Aku mau… Keluar… “kataku mendesah. “Aku juga sayang… Ooohh… Nikmat terus… Terus… ” Dahlia merintih. “Joko… Keluarin didalam… Aku ingin rasakan semprotan… Kamu… ” pintanya. “Iya sudah… Ooogh… Aaakhh… ” rintihku.

Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Dahlia semakin kencang, semakin cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.

“Joko… Aku… Aku… Ngaak kkuuaatt… Aaakhh” rintih Dahlia. “Aku juga sudah… Ooogh… Dahh,” aku merintih. “Crut… Crut… Crut… ” spermaku muncrat membanjiri vaginanya Dahlia.

Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar dicelah vagina Dahlia. Setelah beberapa saat kemudian Dahlia membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.

“Joko, ternyata Yanti benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa” kata Dahlia merintih. “Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja,” kataku merendah. “Kamu luar biasa… ” Dahlia tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.

Segera aku palingkan wajahku ke arah Karina dan Miranda, ternyata mereka sudah tertidur pulas mungkin karena sudah terlalu lelah, dan akupun tak kuasa menahan lelah dan akhirnya akupun tertidur pulas. Dan setelah 4 jam aku tertidur aku pun terbangun karena ada sesuatu yang sedang mengulum batang kemaluanku dan ternyata Miranda sudah bangun dan aku pun menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih tubuhnya dan kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya kami pun mengulang kembali sampai besok harinya. Dengan terpaksa aku menginap karena pertarunganku dengan mereka semakin seru aja.

Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti oleh mereka dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai kembali didetik-detik ronde terakhir. Tanpa terasa kami berempat sudah naik didalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air dipancurkan shower membuat tubuh mereka yang molek bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut. Dengan halus, mereka menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop punya mereka. Aku mengosok keseluruh tubuh mereka satu persatu, sesekali jariku yang nakal memilih punting mereka.

“Ughh… Joko… ” mereka merintih dan bergerak saat aku permainkan puntignya yang memerah.

Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali mereka yang sedang membutuhkan kehangatan mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berempat memburu birahinya yang tidak kenyang.

Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku harus berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet akupun mempercepat jalannya agar tidak terkena macet yang berkepanjangan. Aku meninggalkan Hotel H… Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang sudah ditinggalkan oleh permainan tadi.
READ MORE

ABG SMU yang pasrah, Apapun demi uang

Cerita dewasa ini berkisah antara seorang abg smu dengan seorang om-om yang tanpa sengaja si om ini menemukan abg ini sedang berjalan ke sekolahnya dengan muka lesu, dengan keadaan ekonomi yang tidak menentu si om yang berniat membantu ekonomi abg ini juga memiliki rencana di otak mesum nya yaitu ingin mendapatkan tubuh abg smu yang bernama warni ini. Baca kisah ini selanjutnya :

Suatu hari Senen di bulan Oktober 2006, aku keluar dari rumah agak telat yaitu jam
06.45 pagi. Kuperhatikan anak2 sekolah yang biasanya ramai di sepanjang jalan
itu mulai agak sepi, mungkin mereka sudah mendapatkan kendaraan2 ke sekolahnya
masing2. Saat perjalananku mencapai ujung desa Bedulan ( tempat ini pasti
dikenal oleh semua orang karena sering terjadi tawuran antar desa sampai saat
ini ), kulihat ada seorang anak sekolah perempuan yang melambai-lambaikan
tangannya. Setelah kulihat dibelakangku tidak ada kendaraan lain, aku mengambil
kesimpulan kalau anak sekolah itu berusaha mendapatkan tumpangan dariku dan
karena dia seorang diri disekitar situ maka segera kuhentikan kendaraanku serta
kubuka kacanya sambil kutanyakan, mau kemana dik ? Kulihat anak sekolah itu agak
cemas dan segera menjawab pertanyaanku, Paaaak boleh saya ikut sampai di SMA
——— (Maaf, nama sekolahnya terpaksa Blogger hapus), dari tadi kendaraan umum
penuh terus dan saya takut terlambat ? dengan wajah yang penuh harap. Yaaa…OK
lah….naik cepat kataku. Terima kasih paaak…katanya sambil membuka pintu mobilku.
Jarak dari sini sampai di sekolahnya kira2 10 Km dan selama perjalanan kuselingi
dengan pertanyaan2 ringan, sehingga aku tahu kalau dia itu duduk di kelas 3 SMU
di ——— dan bernama War— (maaf, namanya disamarkan oleh Blogger). Tinggi
badannya kira2 155 cm, warna kulitnya bisa dibilang agak hitam bersih dan tidak
cantik tapi manis dan menarik untuk dilihat, entah apanya yang menarik, mungkin
karena matanya agak sayu. Penampilan nya sangat sederhana tanpa make-up, maklum
saja perempuan tinggal di desa dan katanya orang tuanya adalah seorang petani.
Tidak terlalu lama, kendaraanku sudah sampai di daerah ——— dan War—
segera memberikan aba2..Ooom……sekolah saya ada di depan itu, katanya sambil
jarinya menunjuk satu arah di kanan jalan. Kuhentikan kendaraanku di depan
sekolahnya dan sambil menyalamiku War— mengucapkan terima kasih. Sambil turun
dari mobil, War— masih sempat bertanya..Oooom….besok pagi saya boleh ikut
lagi..nggak Oom, lumayan Oom….bisa naik mobil bagus kesekolah dan sekalian
menghemat ongkos…boleh yaa..Oom ? Aku tidak segera menjawab pertanyaan itu, tapi
kupandangi wajahnya, lalu kujawab…boleh boleh saja War— ikut Oom, tapi jangan
bergerombol ikutnya yaaa. Enggak deh Oom, saya cuma sendiri saja kok selama ini.
Setiap pagi sewaktu aku mencapai desa itu, War— sudah ada dipinggir jalan dan
melambaikan tangannya untuk menghentikan mobilku. Dalam setiap perjalanan dia
makin lama makin banyak bercerita soal keluarganya, kehidupannya di desa, teman2
sekolahnya dan dia juga sudah punya pacar di sekolahnya. Ketika kutanya apakah
pacarnya tidak marah kalau setiap hari naik mobil orang, War— bilang tidak
apa2 tapi tanpa ada penjelasan apapun, sepertinya dia enggan menceritakan lebih
jauh soal pacarnya. War— juga cerita bahwa selama ini dia tidak pernah
kemana-mana, kecuali pernah dua kali di ajak pacarnya piknik ke daerah wisata di
Kuningan.
Seminggu kemudian di hari Jum’at, waktu War— akan naik dimobilku kulihat
wajahnya sedih dan matanya bengkak seperti habis menangis dan War— duduk tanpa
banyak bicara. Karena penasaran, kusapa dia, War—….., habis nangis yaaaa…,
kenapa…..? coba War— ceritakan….siapa tahu Oom bisa membantu. War— tetap
membisu dan sedikit gelisah. Lama dia diam saja dan aku juga nggak mau
mengganggunya dengan pertanyaan2, tetapi kemudian dia berkata…Oom, saya habis
ribut dengan Bapak dan Ibu, lalu dia diam lagi. Kalau War— percaya pada Oom,
tolong coba ceritakan masalahnya apa, siapa tahu Oom bisa membantu, kataku
tetapi War— saja tetap membisu. Ketika mobilku sudah mendekati sekolahnya,
tiba2 War— berkata, Oom…boleh nggak War— minta waktu sedikit buat bicara
disini, mumpung masih belum sampai di sekolah. Mendengar permintaannya itu,
segera saja kuhentikan mobilku dipinggir jalan dan kira2 jaraknya masih 2 Km
dari sekolahnya.
Ada apa War…? Kataku. War— tetap diam dan sepertinya ada keraguan untuk
memulai berbicara. Ayoo..lah War (sebenarnya pengarang penuliskan tiga harus
terakhir dari namanya, tapi terpaksa oleh Blogger diganti jadi 3 huruf terdepan),
jangan takut atau ragu…ada apa sebenarnya, tanyaku lagi. Begini….Oom, kata
War—, lalu dia menceritakan bahwa tadi malam dia minta uang kepada orang
tuanya untuk membayar uang sekolahnya yang sudah tiga bulan belum dibayar dan
hari ini adalah hari terakhir dia harus membayar, karena kalau tidak dia tidak
boleh mengikuti ulangan2. Orang tuanya ternyata tidak mempunyai uang sama
sekali, padahal uang sekolah yang harus dibayar itu sebesar 80 ribu rupiah.
Alasan orang tua nya karena panen padi yang diharapkan telah punah karena hujan
yang terus menerus. Dan katanya lagi orang tuanya menyuruh dia berhenti sekolah
karena tidak mampu lagi untuk membayar uang sekolah dan mau dikawinkan dengan
tetangganya.
Aku tetap diam untuk mendengarkan cerita nya sampai selesai dan karena War—
juga terus diam, lalu kutanya…..teruskan cerita mu sampai selesai War. Dia tidak
segera menjawab tapi yang kulihat airmatanya terlihat menggenang dan sambil
mengusap air matanya dia berkata…Oom, sebetulnya masih banyak yang ingin War—
ceritakan, tapi saya takut nanti Oom terlambat kekantornya dan War— juga harus
ke sekolah, serta lanjutnya lagi… kalau Oom ada waktu dan tidak keberatan, saya
ingin pergi dengan Oom supaya saya bisa menceritakan semua masalah pribadi saya.
Setelah diam sejenak, lalu War— berkata lagi…Oom, kalau ada dan tidak
keberatan, saya mau pinjam uang Oom 80 ribu untuk membayar uang sekolah dan saya
janji akan mengembalikan setelah saya dapat dari orang tua saya.
Mendengar cerita War— walaupun belum seluruhnya, hatiku terasa tersayat dan
segera kurogoh dompetku dan kuambilkan uang 200 ribu dan segera kuberikan
padanya. Lho Oom, kok banyak benar…..saya takut tidak dapat mengembalikannya,
katanya sambil menarik tangannya sebelum uang dari tanganku dipegangnya.
War—….ambilah…nggak apa apa kok, sisanya boleh kamu belikan buku2 atau apa
saja….., saya yakin War— membutuhkannya dan segera kupegang tangannya sambil
meletakkan uang itu ditangannya dan sambil kukatakan…War—…ini nggak usah kamu
beritahukan kepada siapa2, juga jangan kepada orang tuamu….dan…War— nggak
perlu mengembalikannya.
Belum selesai aku menyelesaikan kata2ku, tiba2 saja dari tempat duduknya dia
maju dan mencium pipi kiriku sambil berkata…..terima kasih banyak Oom…,
Oom..sudah banyak menolong saya. Aku jadi sangat terkesiap dan berdebar…bukan
karena mendapat ciuman di pipiku, tapi karena tangan kiriku tersentuh buah
dadanya yang terasa sangat empuk sehingga tidak terasa kontolku menjadi tegang
dan sementara War— masih mencium pipiku, kugunakan tangan kananku untuk
membelai rambutnya dan kucium hidungnya.
Ayoo…War…sudah lama kita disini, nanti kamu terlambat sekolahnya. War— tidak
menjawab tapi kulihat dikedua matanya masih tergenang air matanya.
Ketika sudah sampai didepan sekolah nya sambil membuka pintu mobil, War—
berkata..Oom.., terima kasih yaaa..ooom dan kapan Oom ada waktu untuk mendengar
cerita War—. Kalau besok gimana…?, kataku. Boleh….oom, jawabnya cepat.
Lho..besok kan masih hari Sabtu dan War— kan harus sekolah, jawabku.
Sekali-kali mbolos kan nggak apa apa Oom…hari Sabtu kan pelajarannya tidak
begitu padat dan kurang penting, kata War—. Oklah…kalau begitu…War, kita
ketemu besok pagi ditempat biasa kamu menunggu.
Dalam perjalanan ke kantor setelah War— turun, masalah War— terasa
mengganggu pikiranku sehingga tidak terasa aku sudah sampai dikantor.
Sebelum pulang kantor, aku izin untuk tidak masuk besok Sabtu pada Boss ku
dengan alasan akan mengurus persoalan keluarga di Kuningan. Demikian juga waktu
malamnya kukatakan pada Istriku kalau aku harus ke Jakarta untuk urusan kantor
dan kalau selesainya telat terpaksa harus nginap dan pulang pada hari Minggu.
Besok paginya dengan berbekal 1 stel pakaian yang telah disiapkan oleh Istriku,
aku berangkat dan sampai di tempat yang biasa, kulihat War— tetap memakai baju
seragam sekolahnya. Setelah dia naik ke mobil, kembali kulihat matanya tetap
seperti habis menangis. Lalu kutanya…War…habis perang lagi yaaaa…?, soal apa
lagi….?. Oom, ceritanya nanti saja deh….katanya agak malas. Kita mau kemana
Oom…? Tanyanya.
Lho…..terserah War— saja….Oom sih ikut saja. Oom….saya kepingin ketempat yang
agak sepi dan nggak ada orang lain…., jadi kalau kalau War— nangis, nggak ada
yang melihatnya kecuali Oom. Sambil memutar mobilku kembali ke arah Cirebon, aku
berpikir sejenak mau ke tempat mana yang sesuai dengan permintaan War—, dan
segera teringat kalau di pinggiran kota Cirebon yang kearah Kuningan ada sebuah
lapangan Golf dan Cottage CPN. Segera saja kukatakan padanya..War—….tempat
yang sesuai dengan keinginanmu itu kayaknya agak susah, tapi……bagaimana kalau
kita ke CPN saja..? Dimana itu Oom dan tempat apaan…?tanya War—. Aku jadi agak
susah menjelaskannya, tapi kujawab saja…tempatnya sih nggak jauh yaitu sedikit
diluar Cirebon dan…..begini saja deh..War…, kita kesana dulu dan kalau War—
kurang setuju dengan tempatnya, kita cari tempat lain lagi. Setelah sampai
ditempat dan mendaftar di receptionist dan memesan minuman ringan serta
mengambil kunci kamarnya, segera aku kembali ke mobil dan kutanyakan pada
War—…gimana War….kamu mau disini..? lihat saja tempatnya sepi ( maklum saja
masih pagi-pagi. Receptionist nya saja seperti terheran-heran, sepertinya
berfikir kok ada tamu pagi2 sekali dan nomor mobilnya bukan dari luar kota ).
Setelah mobil kuparkir didepan kamar, sebelum turun kutanya dia
kembali…War…gimana…mau disini ? atau mau cari tempat lain ? War— tidak segera
menjawab pertanyaanku, tapi dia ikut turun dari mobil dan mengikutiku kearah
pintu kamar motel. Segera setelah sampai didalam, dia langsung duduk di tempat
tidur sambil memperhatikan seluruh ruangan. Karena kulihat dia tetap diam saja,
aku jadi merasa tidak enak dan segera kudekati dia yang masih tetap duduk di
pinggiran tempat tidur dan sambil agak berlutut, kucium keningnya beberapa saat
dan tiba2 saja War— memelukku dan terdengar tangisan lirih sambil
terisak-isak. Sambil masih memelukku, kuangkat berdiri dari duduknya dan
kuelus-elus rambutnya, sambil kucium pipinya serta kukatakan, War—…..coba
tenangkan dirimu…..dan ceritakan semua masalah mu pada Oom….., siapa tahu Oom
bisa membantumu dalam memecahkan masalahmu itu. War— masih saja memelukku tapi
senggukan tangisnya mulai mereda. Beberapa saat kemudian kubimbing dia kearah
tempat tidur dan perlahan kuterlentangkan War— ditempat tidur dan kurangkulkan
tangan kiriku di bahunya dan kupandangi wajahnya, sambil
kukatakan….War—…cobalah ceritakan masalahmu itu…..dan biar Oom bisa mengetahui
permasalahanmu itu.
War— tetap diam saja dan memejamkan matanya, tapi tak lama kemudian, sambil
menyeka airmatanya dia membuka matanya dan memandang kearahku yang jaraknya
antara wajahnya dan wajahku sangat dekat sekali.
Oom….., katanya seperti akan memulai bercerita, tapi lalu dia diam lagi.
War…..,kataku sambil kucium pipinya dan kuusap usapkan jari2 tangan kananku
dirambutnya….cerita lah.
Lalu War— mulai bercerita dan dia menceritakan secara panjang lebar soal
kehidupan keluarganya yang miskin, dia anak pertama dari 3 bersaudara, tentang
pacarnya di sekolah tapi lain kelas yang sudah 2 tahun pacaran dan sekarang
sudah meninggalkan dia karena mendapatkan pacar baru di kelasnya dan dia juga
menceritakan kalau orang tuanya sudah menjodohkan dengan tetangga nya yang sudah
punya istri dan anak, tapi kaya dan rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah
War— dan dia harus segera berhenti dari sekolahnya karena akan dikawinkan pada
bulan Maret akan datang. War— katanya kepingin sekolah dulu dan belum pingin
kawin, apalagi kawin dengan orang yang sudah punya Istri dan anak. War— punya
keinginan mau lari dari rumahnya, tapi tidak tahu mau kemana. War— juga
menceritakan bahwa sebetulnya dia masih cinta kepada kawan sekolahnya itu,
apalagi dia sudah terlanjur pernah tidur bersama sewaktu piknik ke Kuningan
dulu, walaupun katanya dia tidak yakin kalau punyanya pacarnya itu sudah masuk
ke memeknya apa belum, karena belum apa2 sudah keluar katanya.
Jadi….gimana..Oom…, apa yang harus saya perbuat dengan masalah ini, katanya
setelah menyelesaikan ceritanya. War—……., kataku sambil kembali kuelus-elus
rambutnya dan kucium pipinya didekat bibirnya…..War—….masalahmu kok begitu
rumit, terutama persoalan lamaran tetanggamu itu. Begini saja War…..sebaiknya
kamu minta kepada orangtua mu untuk menunda perkawinan itu sampai kamu selesai
sekolah. Bilang saja…kalau ujian SMA mu hanya tinggal beberapa bulan lagi.
Katakan lagi….sayang kalau biaya yang telah dikeluarkan selama hampir tiga tahun
di SMA harus hilang percuma tanpa mendapatkan Ijasah. War….sewaktu kamu
mengatakan ini semua, jangan pakai emosi, katakan dengan lemah lembut, mudah2an
saja orangtuamu mau mengerti dan mengundurkan perjodohanmu dengan tetanggamu
itu.
Kalau orangtuamu setuju, jadi kamu bisa konsentrasi untuk menyelesaikan
sekolahmu dan yang lainnya bisa dipikirkan kemudian. Setelah selesai memberikan
saran ini, lalu kembali kucium pipinya seraya kutanya…War…..bagaimana pendapatmu
dengan saran oom ini ?
Seraya saja War— bangkit dari tidurnya dan memelukku erat2 sambil menciumi
pipiku dan berkata..Ooom….terima kasih…atas saran oom ini…belum terpikir oleh
saya sebelumnya hal ini….Oom sangat baik terhadap War—….entah bagaimana
caranya saya membalas kebaikan Oom, dan terasa airmatanya menetes dipipiku.
Setelah diam sesaat, kembali kurebahkan badan War— terlentang dan kulihat dari
matanya yang tertutup itu sisa airmatanya dan segera kucium kedua matanya dan
sedikit demi sedikit cimmanku kuturunkan kehidungnya dan terus turun kepipi
kirinya, setelah itu kugeser ciumanku mendekati bibirnya. Karena War— masih
tetap diam dan tidak menolak, keberanianku semakin bertambah dan secara perlahan
lahan kugeser ciumanku kearah bibirnya, dan tiba2 saja War— menerkam dan
memelukku serta mencari bibirku dengan matanya yang masih tertutup. Aku
berciuman cukup lama dan sesekali lidahku kujulurkan kedalam mulutnya dan War—
mengisapnya. Sambil tetap berciuman, kurebahkan badan nya lagi dan tangan
kananku segera kuletakkan tepat diatas buah dadanya yang terasa sangat kenyal
dan sedikit kuremas. Karena tidak ada reaksi yang berlebihan serta War— bukan
saja mencium bibirku tapi seluruh wajahku, maka satu-satu kancing baju SMU nya
berhasil kulepas dan ketika kusingkap bajunya, tersembul dua bukit yang halus
tertutup Bh putih tipis dan ukurannya tidak terlalu besar. Ketika kucoba membuka
baju sekolahnya dari tangan kanannya, War— kelihatannya tetap diam dan malah
membantu dengan membengkokkan tangannya. Setelah berhasil melepas baju dari
tangan kanannya, segera kucari kaitan Bhnya dibelakang dan dengan mudah
kutemukan serta kulepaskan kaitannya, sementara itu kami masih tetap berciuman,
kadang dibibir dan sesekali diseluruh wajah bergantian. Bhnya pun dengan mudah
kulepas dari tangan kanannya dan ketika kusingkap Bhnya, tersembul buah dada
War— yang ukurannya tidak terlalu besar tapi menantang dan dengan putting
susunya berwarna kecoklatan. Dan dengan tidak sabar dan sambil meremas pelan
tetek kanannya, kuturunkan wajahku menyelusuri leher dan terus kebawah dan
sesampainya di teteknya, kujilati tetek War— yang menantang itu dan sesekali
kuhisap puting teteknya, sementara War— meremas remas rambutku seraya
terdengar suara lirih ….aaaaahhhh….aaaaaahh…. Oooomm….sssssshhhh….aaaahhh. Aku
paling tidak tahan kalau mendengar suara lirih seperti ini, serta merta kontolku
semakin tegang dan kugunakan kesempatan ini sambil tetap menjilati dan menghisap
tetek War—, kugunakan tangan kananku untuk menelusuri bagian bawah badan
War—. Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus elus memeknya, terasa
sekali ada bagian Cd yang basah. Sambil masih tetap menjilati tetek War—,
kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping Cdnya untuk mencari bibir
memek nya dan ketika dapat dan kuelus, badan War— terasa menggelinjang dan
membukakan kakinya serta kembali terdengar aaaaahhh…..ssssshhhh……ssssshhh ….
aaaaahhh. Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara War— mengerang lirih
seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di memeknya dan sekarang kugunakan
untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera
kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada
kaitan sekaligus resleting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan
dan resletingnya, sehingga roknya menjadi longgar dibadan War—.
Lalu perlahan lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut War—
seraya tanganku berusaha menurunkan rok nya. Roknya yang sudah longgar itu
dengan mudah ku turunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War— mengenakan Cd
warna merah muda dan kulihat juga memeknya yang menggunung didalam Cdnya.
Badan War— menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku
mencapai Cd diatas gunungan memeknya itu, gelinjang badan War— semakin keras
dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil
meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil ..sssssssshhhh…
aaaaahh….. sssshhht….. ooom….. aaaahhhh. Sambil kujilati lipatan pahanya,
kuturunkan Cd nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan
memek War— masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan
memeknya dan basah. Setelah berhasil melepas Cd nya dari kedua kaki War— yang
masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War— sambil
merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan pelan kujulurkan lidahku dan kujilati
belahan memek nya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan
dengan jilatanku itu, tiba2 War— bangun dari tidurnya dan berkata
Jaaa…ngaaan…Ooom, sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya.
Karena takut War— akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk
War— serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk
menenangkan dirinya. War— tidak memberikan komentar apa apa, tapi kami kembali
berciuman dan War— sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif
menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju
dan Bh War— yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, War— sepertinya
mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar
bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk
melepas baju dan celanaku sendiri. Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku
termasuk Cdku, lalu dengan harap harap cemas karena aku takut War— akan
menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu disamping kiri atau kanan
badan War—, sekarang aku naik diatas badan War—. Perkiraanku ternyata salah,
setelah aku ada di atas badan War—, ternyata dia malah memelukkan kedua
tangannya di punggungku sambil sesekali menekan nekan. Dalam posisi begini,
terasa kontolku agak sakit karena tertindih diantara badanku dan paha War—.
Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang enak,
tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan War— malah merenggangkan
kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia2kan, segera saja
kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan
sekarang terasa kontolku berada di atas memek War—. War— masih memelukkan
kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.
Sambil masih tetap kujilat dan ciumi selluruh wajahnya, kuturunkan tanganku
kebawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan lahan kuelus memek War— yang
menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir memeknya dengan jariku
dan kurasakan kedua tangan War— serasa mencekeram di punggungku dan ketika
jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam memeknya, terasa memek
War— sangat basah dan kurasakan badan bawah War— bergerak perlahan lahan
sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba
bagian dalam memek nya dan sesekali ku permainkan kelentitnya dengan jari2ku
sehingga War— sering berdesis
sssssssssshh……..sssssssshhhh…. .aaaaaahhhh….ssssshhh sambil kurasakan jari kedua
tangannya menusuk punggungku. Setelah sekian lama kupernainkan memeknya dengan
jariku, kemudian kulepaskan jariku dari memek War— dan kugunakan tangan
kananku untuk memegang kontolku serta segera saja kontolku kuarahkan ke memek
War— sambil kugosok gosokan keatas dan kebawah sepanjang bagian dalam memek
War—, serta kembali kudengar desis suara nya ssssssshhhh… sssshhhh… ooooom……
aaaaaaahh….sssssshhhh dan pantatnya diangkat naik turun pelan pelan. Karena
kulihat War— sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan
tanganku dan kutujukan kontolku kearah bawah bagian memek nya dan setelah kurasa
pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan pelan kontolku kedalam memek
War—. Kuperhatikan wajah War— agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit
serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat didekat
telingaku…. Aduuuhh … oooomm….Jangaaaannn …..sakiiittt…., Asiihh….takuuut…Oom.
Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan kontolku
dan kuelus elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan ..tidak….apa
apa….. sayaaaang…. Oom …. pelan pelan saja….kok, untuk menenangkan ketakutan
War—. War— tidak segera menanggapi kata2ku dan tetap diam saja dengan tetap
masih memelukkan kedua tangannya di punggungku. Karena dia diam saja dan
memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan lahan, kutusukan kembali
kontolku ke dalam memeknya dan terdengar lagi War— berkata lirih didekat
telingaku….aduuuuhh…..sakiiitt t…. ooom,….. Asihhh….. takuuuuut, padahal
kurasakan kalau War— mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan lahan.
Mendengar kata2nya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan kontolku tapi
masih tetap ditempatnya yaitu dilubang memeknya, dan kembali kuciumi bibir dan
wajahnya serta kuelus elus rambutnya sambil kubisiki….takut…apa…sayang…….W ar—
tidak segera menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan
ciumanku dibibirnya dan War— mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan
lidahku yang kujulurkan kedalam mulut nya dan kurasakan War— mulai memindahkan
kedua tangannya dari punggungku ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu
dan tidak terburu buru untuk menusukkan kontolku lagi. Tetap dengan masih
menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War— sedikit menekan pantatku, entah
perintah supaya aku menusukkan kontolku ke memeknya atau hanya perasaanku saja.
Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi War—
selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat
War— berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua
tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan
tapi pasti, kembali kutekan kontolku kedalam memeknya, tapi War— tidak kuberi
kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan
kontolku makin kutekankan kedalam memeknya serta kulihat mata War— menutup
rapat2 seperti menahan sakit. Karena kontolku belum juga menembus memeknya, lalu
sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan kedalam memek War—
dan…….bleeeeeessssss….terasa kontolku sepertinya sudah menembus memek War— dan
aaaaaahhhh……..sakiiiiit….ooom… .,kudengar suara War— sambil seperti menahan
rasa sakit dan berusaha menarik pantatku. Untuk sementara tidak kugerakkan
pantatku dan setelah kulihat War— mulai tenang dan kembali mau menciumi
wajahku, lalu perlahan lahan kutekan kontolku yang sudah menembus memek nya
supaya masuk lebih dalam lagi. Aaaaaaahhh…..oom….pelan..pelaa aan.., kudengar
War— berkata lirih…Iyaaaa….sayaaaang…ooom…. pelah…pelan…., jawabku serta
kubelai rambutnya.
Setelah kudiamkan sebentar, lalu kugerakkan pantatku naik turun sangat pelan
agar War— tidak merasa kesakitan, dan ternyata berhasil, wajah War—
keperhatikan tidak tegang lagi sehingga pergerakan kontolku keluar masuk memek
War— sedikit kupercepat dan belum berapa lama terdengar suara
War—…..ooom……oooooom.. aaaaaduuuuhhh…
ooommm…aaaaaaahhh…..aaaadddduu uuuhh…aaaaaahh…ooom…, sambil kedua tangannya
mencengkeram punggungku dengan kuat dan menciumi keseluruhan wajahku dengan
sangat bernafsu dan badannya berkeringat, lalu War— berteriak agak keras
aaaaaaaaaaaaaaaahhhh….oooomm…. .aduuuuuhhhhh…..lalu War— terkapar dan terdiam
lemas dengan nafas terengah engah. Rupanya Aku yakin kalau War— sudah mencapai
orgasmenya padahal nafsuku baru saja akan naik. Karena kulihat War— sepertinya
sedang kelelahan dengan kedua matanya tertutup rapat, jadi timbul rasa
kasihanku, lalu sambil kuseka keringat wajahnya kuciumi pipi dan bibirnya dengan
lembut, tapi War— tidak bereaksi dan tanpa kuduga di gigitnya bibirku yang
sedang menciumnya seraya berkata lirih….Oooom…..nakal…yaaaaa…., War— baru
sekali ini..merasakan hal seperti tadi…., sambil mencubit punggungku. Aku tidak
menjawab komentarnya tapi yang kuperhatikan adalah nafasnya sudah mulai teratur
dan secara perlahan lahan aku mulai menggerakkan kontolku lagi keluar masuk
memek War—. Kuperhatikan War— mulai terangsang lagi, War— mulai menghisap
bibirku dan mulai mencoba menggerakkan pantatnya pelan2 dan gerakannya ini
membuat kontolku seperti di pelintir pelintir keenakan. Gerakan kontolku keluar
masuk semakin kupercepat dan demikian juga War— mulai makin berani mempercepat
gerakan putaran pantatnya, sambil sesekali kedua tangannya yang dipelukkan
dipinggangku berusaha menekan sepertinya menyuruhku untuk memasukkan kontolku
kedalam memeknya lebih dalam lagi dan kudengar War— mulai bersuara lagi
..aaaaaaahh…..aaaaahh….ooooohh h….oommm…aaaaaaaaah….dan tidak terasa akupun mulai
berkicau …..aaaaaaacchhh….aaaaaahhh…Sii iihh…..enaaaakk….. teruuuuuus….Siiiih.
Ketika nafsuku sudah mulai memuncak dan kudengar juga nafas War— semakin
cepat, dengan perlahan lahan kupeluk badan War— dan segera kubalik badannya
sehingga sekarang War— sudah berada diatasku dan kupelukkan kedua tanganku di
pantatnya, sedangkan wajah War— ditempelkan diwajahku. Dengan sedikit makan
tenaga, kucoba menggerakkan pantatku naik turun dan setiap kali pantatku naik,
kugunakan kedua tanganku menekan pantat War— kebawah dan bisa kurasakan kalau
kontolku masuk lebih dalam di memek War—, sehingga setiap kali kudengar suara
nya sedikit keras …aaaaahhh….oooooh. Dan mungkin karena keenakan, sekarang
gerakan War— malah lebih berani dengan menggerakkan pantatnya naik turun
sehingga kedua tanganku tidak perlu menekannya lagi dan setiap kali pantatnya
menekan kebawah sehingga kontolku serasa masuk semuanya di memek War—,
kudengar dia bersuara keenakan ….aaaaahhh…..aaaaaaah disertai nafasnya yang
semakin cepat, demikian juga aku sambil berusaha menahan agar maniku tidak
segera keluar.
Gerakan War— semakin cepat saja dan kurasakan wajahnya semakin ditekankan
kewajahku sehingga kudengar nafasnya yang sangat cepat itu didekat telingaku dan
aduuuuuh…..aaaaaaahhh…..aaaahh h…ooommm….War—…..mauuuuu…kelua aaaaar…aaaaaaah.
Tungguuuuu….. Waaaaarrrr…….kitaaaa….samaaa…. samaaaaaa… ooom…. Jugaaaaa …
mauuuu….. Aaaaaaaaaaahhhhh..aaaaaaaaaahh hhhh….Ooooooommm…..teriak War— sambil
mengerakkan pantatnya menggila dan akupun karena sudah tidak tahan menahan
maniku dari tadi segera kegerakkan pantatku lebih cepat dan
ccrreeetttt……ccrreeeeeett….ccc crrreeeeeett…dan aaaaaaaaahhhh…siiiiiiihh…. oooom
keluaaaaaaaar…… sambil kutekan pantat War— kuat2.
READ MORE